Para perempuan Kelompok Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA) Desa Margacinta, Kecamatan Leuwigoong, Garut, Jawa Barat, mengubah jahe dan kunyit menjadi produk unggulan yang berdampak signifikan pada perekonomian desa. Melalui Gerakan Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah (BUEKA) yang didukung Program INKLUSI, kelompok BSA Margacinta kini menjadi motor penggerak ekonomi lokal melalui produksi minuman serbuk jahe dan kunyit.
BSA merupakan pusat edukasi dan pendampingan yang berfokus pada layanan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), penurunan stunting, pencegahan perkawinan anak, kepemimpinan perempuan, serta pemberdayaan ekonomi. Salah satu inisiatif utamanya adalah kelompok BUEKA, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan perempuan miskin dan penyandang disabilitas. Program ini berfokus pada peningkatan kapasitas, kelembagaan kelompok, kemitraan dengan pemangku kepentingan, serta pengembangan UMKM berbasis sumber daya lokal demi kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
Selain BUEKA, BSA Margacinta juga mengembangkan Program Kebun Gizi untuk meningkatkan status gizi dan menurunkan angka stunting dengan pendekatan komunitas. Program ini mengedukasi masyarakat tentang pemenuhan gizi, melibatkan peran suami atau ayah, serta mendorong kedaulatan pangan lokal melalui penanaman di lahan kebun gizi. Hasil dari Kebun Gizi ini juga mendukung kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh BUEKA.
Besarnya potensi jahe dan kunyit di desa, mereka berinisiatif untuk mempelajari cara mengolah bahan-bahan tersebut menjadi produk serbuk minuman yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Pada Desember 2022, melalui pelatihan Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah yang diadakan oleh ‘Aisyiyah, para anggota BSA Margacinta mempelajari cara membuat serbuk jahe dan kunyit dengan pendampingan ahli.
“Dulu kami hanya tahu mengolah jahe dan kunyit secara tradisional. Sekarang, kami mampu memproduksi serbuk jahe dan kunyit yang lebih praktis dan disukai banyak orang,” ungkap Kokom, pemimpin kelompok BSA Margacinta.
Pelatihan ini menjadi titik balik bagi kelompok BSA Margacinta. Selain meningkatkan keterampilan produksi, mereka kini lebih percaya diri memasarkan produknya secara luas. Setiap minggunya, mereka mampu memproduksi hingga 6 kilogram serbuk jahe dan kunyit, yang membuat produk mereka semakin dikenal masyarakat. Dukungan alat parut mesin dari Program INKLUSI juga membantu mempercepat proses produksi, membuat produksi lebih efisien dan mengurangi hambatan.
Menurut Kokom, banyak sekali manfaat yang dirasakan oleh anggota kelompok dan warga sekitar. Bahan baku dibeli dari warga setempat yang memiliki kebun jahe dan kunyit, sehingga roda ekonomi lokal terus berputar dan memberikan manfaat bagi banyak pihak.
“Manfaatnya sangat terasa. Selain menambah pemasukan, hasil penjualan juga membantu menutupi biaya operasional seperti menggaji guru di Rumah Tahfidz,” ungkap Kokom. Melalui BUEKA, usaha ini tidak hanya berdampak pada ekonomi keluarga tetapi juga berkontribusi pada pendidikan anak-anak.
Keberhasilan kelompok ini mendapat dukungan dari pemerintah Desa Margacinta. Kepala Desa bahkan menjadi pelanggan tetap produk mereka dan mendorong pelatihan serupa untuk warga desa lainnya. Dengan dukungan dana desa, BSA Margacinta mengadakan pelatihan yang diikuti lebih dari 20 orang, membuktikan bahwa potensi lokal dapat membawa perubahan besar.
Kini, produk serbuk jahe dan kunyit BSA Margacinta telah berkembang pesat dan sudah memiliki Nomor Induk Berusaha dan sertifikasi halal. Produk ini telah merambah pasar sampai ke Kota Bandung dan terus berkembang.
Kokom dan teman-temannya merasa bangga atas keterampilan dan dukungan yang diberikan Program INKLUSI melalui ‘Aisyiyah. “Kami berharap usaha ini bisa terus berkembang dan membawa manfaat yang lebih luas bagi anggota BSA dan masyarakat,” ujarnya.
Keberhasilan ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara organisasi masyarakat sipil dan pemerintah lokal dalam memanfaatkan sumber daya desa dapat menciptakan peluang usaha yang berkelanjutan dan meningkatkan kemandirian ekonomi perempuan.