Juliana adalah perempuan adat pertama dari komunitas Suku Anak Dalam (SAD) yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi. Pada Desember 2024, ia resmi diwisuda dengan gelar Sarjana Kehutanan dari Fakultas Sains dan Teknologi, di salah satu universitas swasta di Jambi, dengan IPK 3.52.
Pencapaiannya bukan hanya kebanggaan bagi dirinya dan keluarga, tetapi juga menunjukkan bahwa perempuan adat memiliki kesempatan untuk mengakses pendidikan tinggi dan meraih masa depan yang lebih baik.
Namun, perjalanan Juliana menuju wisuda penuh tantangan. Ia lahir dan dibesarkan di sudung—rumah tradisional SAD—di tengah hutan, jauh dari akses pendidikan formal. Dalam komunitasnya, akses pendidikan masih terbatas, dan banyak anak perempuan menghadapi tantangan dalam melanjutkan sekolah karena berbagai faktor, termasuk perkawinan anak dan keterbatasan infrastruktur. Banyak teman sebayanya terpaksa berhenti sekolah karena kondisi tersebut.
Keberhasilan Juliana tak lepas dari pendampingan Pundi Sumatra, salah satu mitra KEMITRAAN dalam Program INKLUSI, yang berupaya membuka akses pendidikan dan layanan dasar lainnya bagi komunitas SAD. Melalui pendekatan berbasis komunitas, Pundi Sumatra mendirikan Sekolah Alam sebagai jembatan bagi anak-anak SAD untuk mengenal dunia pendidikan sebelum melanjutkan ke sekolah formal. Juliana adalah salah satu anak yang paling bersemangat belajar di sana.
Juliana membuktikan bahwa pendidikan dapat membuka peluang baru. Pendampingan yang berlangsung selama bertahun-tahun telah memberikan harapan bagi anak-anak SAD, terutama bagi perempuan yang menghadapi berbagai tantangan dalam mengakses pendidikan, ujar Dewi Yunita, CEO Pundi Sumatra.
Ketika Juliana memutuskan untuk kuliah pada 2020, keputusannya mendapat banyak pertentangan. Banyak orang di komunitasnya mempertanyakan keputusan tersebut. Ayahnya, Samsu, bahkan sempat mendapat cibiran.
“Kami dianggap aneh karena membiarkan Juliana kuliah. Mereka bilang itu buang-buang uang,” katanya.
Namun, dengan dukungan keluarga dan Pundi Sumatra, Juliana terus melangkah. Tak hanya sukses secara akademik, ia juga aktif dalam berbagai kegiatan. Ia pernah tampil membaca puisi di Festival Budaya Jambi, berbicara di forum nasional, hingga menjadi narasumber yang membagikan kisahnya kepada anak-anak SAD lainnya.
Saya ingin anak-anak perempuan di komunitas saya tahu bahwa mereka punya pilihan. Mereka bisa sekolah, bisa punya cita-cita, dan bisa menentukan masa depan sendiri, kata Juliana.
Keberhasilan Juliana menunjukkan bahwa semakin banyak anak perempuan di komunitas SAD yang memiliki kesempatan untuk bermimpi lebih besar dan meraih pendidikan yang lebih tinggi. Dengan semangatnya, ia telah membuka jalan bagi generasi muda SAD untuk memiliki lebih banyak pilihan dalam menentukan masa depannya.