Sebanyak 142 peserta resmi diwisuda dalam Akademi Paradigta Indonesia (API) Kelas Kewirausahaan 2025 yang diselenggarakan secara nasional pada 17 Desember 2025. Mereka berasal dari tujuh wilayah: Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara; Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan; Wonosobo, Jawa Tengah; Kebumen, Jawa Timur; Gianyar, Bali; Balangan, Kalimantan Selatan; dan Ternate, Maluku Utara.
Selama enam bulan, para akademia mengikuti proses pembelajaran berjenjang yang memadukan kelas, praktik lapangan, dan penugasan, dengan pendampingan dari 25 mentor, yakni kader perempuan pemimpin di komunitas masing-masing.
Akademi Paradigta dikembangkan oleh Yayasan PEKKA (Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) sejak 2016 untuk memperkuat kapasitas perempuan sebagai pemimpin di tengah komunitas. Program ini secara khusus menyasar perempuan kepala keluarga, perempuan dari kelompok marginal, dan penyandang disabilitas. Nama “paradigta”, dari bahasa Jawa Kuno, berarti perempuan yang berdiri dengan teguh—sebuah cerminan dari ketangguhan perempuan akar rumput dalam menghadapi berbagai tantangan sosial dan ekonomi.
Dalam pidatonya, Nani Zulminarni, Ketua Tim Pengarah Nasional Pendidikan API sekaligus Pendiri dan Ketua Badan Pengurus Yayasan PEKKA, menekankan bahwa pendidikan seperti ini penting di tengah dunia yang terus berubah.
“Pembangunan yang pesat memang membawa kemajuan, tetapi juga meninggalkan kelompok yang tertinggal dalam kesenjangan,” ujarnya. “Dibutuhkan gerakan sosial yang mengakar dan berkesinambungan… dimulai dari dalam keluarga, komunitas, masyarakat dan negara, dengan kemampuan entrepreneurial yang optimal.”
API menggunakan model Training Aksi Berbasis Komunitas, yaitu pendidikan kepemimpinan perempuan yang diselenggarakan secara reguler di tingkat kecamatan dan kabupaten. Pesertanya merupakan perwakilan dari desa atau kelurahan yang didukung melalui Dana Desa, dan mereka belajar melalui kombinasi kelas, praktik lapangan, serta pendampingan intensif dari mentor komunitas. Sejak akhir 2021, kelas kewirausahaan diperkuat dengan dukungan berbagai program, termasuk Program INKLUSI. Hingga akhir 2025, tercatat lebih dari 2.000 alumni telah mengikuti pendidikan ini.

Akademi Paradigta Kewirausahaan sebagai Gerakan Kolektif
Kurikulum Kelas Kewirausahaan API disusun untuk memperluas pemahaman kewirausahaan sebagai alat perubahan sosial. Enam tema utama menjadi fondasinya: Perempuan Berdaya, Perempuan Pelaku Ekonomi, Keterampilan Usaha, Perempuan sebagai Kepala Keluarga, Gerakan Ekonomi, dan Tugas Akhir. Dengan struktur ini, peserta tidak hanya belajar mengelola usaha, tetapi juga memahami posisi mereka dalam sistem sosial, serta bagaimana mengorganisir komunitas dan membangun jejaring ekonomi lokal.
Dalam sambutan video, Kate Shanahan, Team Leader Program INKLUSI, menegaskan bahwa momen wisuda adalah perayaan proses yang dijalani peserta dengan penuh komitmen.
“Para ibu belajar sambil mengurus keluarga dan menjalankan usaha. Itu bukan hal mudah,” ujarnya.
Shanahan menyampaikan bahwa lulusan Akademi Paradigta terbukti mampu mendorong ekonomi lokal, menjembatani komunitas dengan program pemerintah, serta memperkuat solidaritas antarperempuan.
“Ibu-ibu adalah agen perubahan di komunitas masing-masing,” ucapnya. “Teruslah belajar, teruslah saling menguatkan, dan teruslah percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama.”
Ia juga menyebut bahwa wisuda ini menjadi momen “pengembalian” para akademia kepada keluarga dan komunitas—dengan bekal baru untuk melanjutkan kerja-kerja transformatif. Program INKLUSI menyampaikan apresiasi kepada Yayasan PEKKA, para mentor, alumni, pemerintah desa dan kabupaten, serta mitra pembangunan yang telah mendukung proses ini.
Senada dengan Shanahan, Nani menutup pidatonya dengan harapan agar pengalaman belajar ini menjadi titik tolak bagi perubahan yang lebih luas.
“Semoga pengalaman belajar di Akademi Paradigta menjadi bekal yang memberdayakan, sehingga kalian semua dapat menjadi pemimpin perubahan di keluarga, komunitas, masyarakat dan negara.”