Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier, melakukan kunjungan singkat namun bermakna ke kantor SIGAB (Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel Indonesia) di Yogyakarta pada Senin (11/8), sebagai bagian dari komitmen lebih luas Australia dalam mendukung inklusi disabilitas melalui program INKLUSI.
Dengan gestur hangat dan inklusif, Dubes Brazier memperkenalkan dirinya dengan menggambarkan fisiknya: “Nama saya Rod Brazier, saya Duta Besar Australia untuk Indonesia. Saya seorang pria, tinggi 178 sentimeter, dan memakai kemeja batik.”
Deskripsi diri ini mencerminkan kesadaran akan komunikasi yang aksesibel, terutama bagi teman netra yang hadir, sekaligus menciptakan suasana dialog yang akrab dan penuh rasa hormat. Dubes Brazier juga meninjau ruang produksi braile SIGAB, yang memproduksi bahan bacaan aksesibel untuk mendukung pendidikan dan literasi bagi teman netra.
Dalam kunjungan selama dua jam tersebut, Direktur Eksekutif SIGAB, Joni Yulianto, mempresentasikan program, capaian, dan pendekatan SIGAB dalam memperkuat inklusi difabel di tingkat sistemik maupun komunitas. Dubes Brazier secara khusus terkesan dengan upaya SIGAB mendorong lahirnya 42 perda inklusif difabel di tingkat provinsi, kota, dan desa.
Joni menyampaikan harapannya agar kunjungan ini mendorong advokasi yang lebih kuat dan diplomasi tingkat tinggi untuk memastikan regulasi tersebut dapat diimplementasikan secara efektif.
“Kami berharap pengalaman kami bisa diakui dan menjadi bagian dari diplomasi dan advokasi kedua negara,” ujarnya.
Melalui INKLUSI, SIGAB menjalankan program Strengthening Social Inclusion for Disability Equity and Rights (SOLIDER), yang memperluas akses pada pekerjaan inklusif, mendukung pemulihan ekonomi, serta mendorong partisipasi penyandang disabilitas dalam proses pengambilan keputusan. Salah satu upayanya adalah memfasilitasi pembentukan kelompok difabel di tingkat kelurahan, kecamatan, dan desa (KDK/D), yang memperkuat peran penyandang disabilitas dalam perencanaan dan pengembangan kebijakan pemerintah.
Beberapa anggota KDK/D turut hadir dalam pertemuan dengan Dubes Brazier, berbagi cerita tentang bagaimana program ini telah memperbaiki data disabilitas, memperluas akses pekerjaan dan peluang ekonomi, serta memperkuat jejaring dukungan sesama difabel.
Kunjungan ini juga menjadi salah satu kegiatan menjelang Temu Inklusi, pertemuan nasional dua tahunan organisasi penyandang disabilitas, pemerintah daerah, dan komunitas, yang menjadi wadah berbagi praktik baik terkait inklusi disabilitas. Tahun ini, acara tersebut digelar 2-4 September 2025 dan menghadirkan ratusan peserta dari berbagai wilayah Indonesia di Cirebon.
Menutup kunjungan, Dubes Brazier memuji capaian SIGAB: “Saya benar-benar terkesan dengan apa yang telah dicapai, terutama dalam mendorong lahirnya peraturan daerah yang mendukung inklusi difabel. Saya ucapkan semoga sukses untuk penyelenggaraan Temu Inklusi mendatang,” ujarnya.