Kelompok perempuan serikat buruh migran atau SERBUMI binaan Migrant CARE di Desa Tanggulangin, Kebumen, Jawa Tengah, menjadi cahaya harapan bagi masyarakat desa mereka dengan usaha tiwul mereka yang diberi nama “Tiwul Cahaya”.
Sejak tahun 2016, Migrant CARE telah melaksanakan program DESBUMI (Desa Peduli Pekerja Migran) di Desa Tanggulangin. DESBUMI adalah inisiatif berbasis masyarakat yang dikembangkan dalam program pendahulu yaitu Program MAMPU. DESBUMI meningkatkan perlindungan dan akses ke layanan bagi pekerja migran sebelum, selama, dan setelah migrasi. Kelompok SERBUMI, yang terdiri sebagian besar dari mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) perempuan dan keluarga mereka, berfokus pada pengorganisasian mantan PMI untuk memperkuat sumber penghidupan kelompok dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
Melihat potensi singkong yang banyak dihasilkan di desa, SERBUMI didampingi oleh Migrant CARE di tahun 2017 merintis usaha komunitas mengolah singkong menjadi produk olahan pangan, yaitu tiwul. Tiwul merupakan makanan alternatif pengganti nasi yang rendah glukosa. Tiwul Cahaya kemudian berkembang menjadi produk unggulan kelompok SERBUMI yang mampu menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat Desa Tanggulangin.
Banyak tantangan yang dihadapi Tiwul Cahaya di antaranya kurangnya kapasitas kelompok untuk melakukan bisnis dan kurangnya akses permodalan sehingga membatasi kemampuan produksi tiwul.
“Dulu kami hanya punya bahan bakunya saja, tapi belum mengerti bagaimana cara mengolahnya, bagaimana cara memasarkannya. Selain itu, juga belum punya alat produksi yang mumpuni, jadi masih seadanya”, keluh Sri Handayani ketua SERBUMI Desa Tanggulangin yang juga menjadi koordinator usaha Tiwul Cahaya.
Untuk mendukung SERBUMI mencapai potensi bisnis mereka, Migrant CARE melalui Program INKLUSI membangun kapasitas bisnis para PMI agar dapat menciptakan peluang penghidupan yang berkelanjutan. Melalui INKLUSI, Migrant Care telah memberikan pelatihan dalam kewirausahaan, termasuk membangun merek, pemasaran online, pengelolaan keuangan, dan akses ke pembiayaan..
“Kami mendorong keberanian dan kemampuan kelompok agar lebih semangat dalam mengembangkan usaha. Hal ini menjadi upaya pemberdayaan ekonomi purna PMI ketika mereka kembali ke kampung halamannya”, ujar Yusimah Staff Program Migrant CARE Kebumen, saat ditemui di Sekretariat Bersama SERBUMI yang juga menjadi rumah produksi Tiwul Cahaya.
Sekarang SERBUMI telah mendapatkan dukungan dana dari pemerintah Desa Tanggulangin, yang kemudian digunakan untuk memberdayakan lebih banyak kelompok buruh migran, pembelian mesin pembuat tepung singkong, serta penunjang produksi tiwul.
Melalui INKLUSI, dukungan pemasaran dari Migrant CARE untuk Tiwul Cahaya telah diperluas ke platform e-commerce seperti Tokopedia melalui program mereka yang bertujuan untuk memberdayakan ekonomi digital bagi wanita mantan pekerja migran. Sejak memperluas akses pasar, penjualan Tiwul Cahaya meningkat dari 40 bungkus sebulan, menjadi sekitar 200 bungkus. Tiwul Cahaya juga telah mengembangkan beberapa variasi jenis produk, serta ragam rasa yang menjadi keunikan tersendiri dari produk ini.
“Kami ingin terus belajar dari praktik baik yang dilakukan usaha sejenis di wilayah lain. Agar, Tiwul Cahaya semakin dikenal luas sampai pasar luar negeri dan memberikan dampak bagi masyarakat, terutama bagi para perempuan di wilayah penghasil tiwul”, ungkap Sri Handayani.
Lebih dari sekadar bisnis, Tiwul Cahaya menjadi menjadi bukti nyata bahwa perubahan adalah proses yang dimulai tidak hanya dari semangat dan kegigihan saja namun juga didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah serta sektor swasta.