Bengkulu, April 2025 – Puskesmas Layanan Terpadu Kelobak di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu tampak lebih hidup dari biasanya pagi itu. Di ruang layanan terpadu One Stop Service and Learning (OSS&L), perempuan dari berbagai desa tidak hanya datang untuk berkonsultasi, tapi juga berbagi cerita dan mencari solusi atas persoalan yang mereka hadapi. Ada yang bertanya soal kesehatan reproduksi, ada pula yang meminta rujukan ketika berhadapan dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga.
OSS&L merupakan salah satu strategi yang digagas oleh Mitra INKLUSI, PERMAMPU, konsorsium organisasi masyarakat sipil di Sumatera yang berfokus pada pemberdayaan perempuan serta kesehatan seksual dan reproduksi. Program ini menjadi pusat layanan dan pembelajaran tentang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), pencegahan perkawinan anak, serta penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dikembangkan bersama Puskesmas, layanan ini memperluas fungsi kesehatan dasar menjadi ruang belajar yang menyediakan informasi, konsultasi, konseling, dan rujukan ke lembaga terkait.
Kader Perempuan Desa Jadi Garda Depan Layanan Terpadu
Layanan terpadu ini dijalankan dengan melibatkan kader perempuan desa dan konselor muda. Mereka lahir dari pelatihan kepemimpinan perempuan melalui Forum Perempuan Akar Rumput (FPAKR), yang difasilitasi oleh Women’s Crisis Center (WCC) Cahaya Perempuan, anggota Konsorsium PERMAMPU di Bengkulu.
Para kader bukan tenaga medis, melainkan ibu rumah tangga dan perempuan desa yang dengan semangat belajar mengambil peran penting. Salah satunya Yurma Yulita, kader OSS&L yang kini aktif bertugas di Puskesmas Kelobak.
“Awalnya saya ibu rumah tangga biasa, pemalu, dan tidak tahu soal hak-hak perempuan. Setelah ikut pelatihan, saya jadi lebih berani bicara dan mengerti bahwa perempuan punya hak untuk hidup aman dan sehat,” ujarnya.
Yurma menuturkan, sejak bergabung di FPAKR, ia memperoleh banyak pengetahuan tentang HKSR yang bermanfaat, tidak hanya bagi dirinya tapi juga keluarga dan lingkungannya. Pengetahuan itu membuatnya lebih percaya diri dalam mendampingi perempuan lain yang membutuhkan dukungan.

Wenda Royani, kader OSS&L sekaligus pengurus FKPAR, juga merasakan manfaat dari berbagai pelatihan yang diikutinya.
“Saya mendapatkan banyak ilmu dari peningkatan kapasitas yang saya ikuti, mulai dari pendampingan korban, perluasan jangkauan layanan, hingga pelatihan deteksi dini dan konseling sederhana terkait kesehatan reproduksi. Semua itu membuat saya semakin percaya diri untuk mendampingi perempuan lain agar lebih berdaya serta sehat, baik secara fisik maupun mental,” ungkap Wenda.
Kader OSS&L lain, Leni Pahleza, mengaku dulunya tidak terlalu peduli dengan masalah sosial di sekitarnya. Namun setelah menjadi kader, kesadarannya tumbuh. Kini Leni peduli, mendengar, dan mendampingi perempuan yang menghadapi persoalan.
“Sekarang saya sadar, penting sekali untuk peduli pada tetangga atau keluarga yang mengalami kekerasan. Kami bisa mendampingi dan merujuk mereka ke layanan terkait,” ujar Leni.
Ia menekankan pentingnya keberanian melapor. Menurutnya, ketika seorang perempuan berani bicara, ia tidak hanya menyelamatkan diri sendiri, tapi juga membuka jalan bagi perempuan lain.
Tantangan dan Harapan Puskesmas Layanan Terpadu
Sejak dibentuk pada 2023 dan menjalin nota kesepahaman dengan Dinas Kesehatan setempat, OSS&L di Puskesmas Kelobak telah menerima 1.042 laporan kasus sepanjang 2024–2025. Dari jumlah tersebut, kasus yang paling banyak ditangani adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
“Sejak layanan terpadu ini berdiri, banyak perempuan dan anak berani melapor. Sebagian besar dirujuk ke WCC Cahaya Perempuan untuk mendapatkan layanan hukum, psikologis, dan medis. Ini bukti perempuan desa mampu membangun sistem perlindungan nyata,” ujar Juniarti Boermansyah, Koordinator Program Cahaya Perempuan Bengkulu, mitra lokal PERMAMPU.

Perjalanan puskesmas layanan terpadu tentu tidak selalu mulus. Kader sering mendapat cibiran karena dianggap ikut campur urusan rumah tangga orang lain. Namun dukungan dari Puskesmas, WCC, dan komunitas membuat mereka semakin yakin.
Kehadiran layanan terpadu ini juga memperkuat fungsi Puskesmas sebagai pusat kesehatan masyarakat. Jika sebelumnya Puskesmas hanya dikenal sebagai tempat berobat, kini ia bertransformasi menjadi ruang edukasi sekaligus perlindungan sosial. Perempuan desa tidak hanya datang untuk mendapatkan layanan medis, tetapi juga belajar tentang hak-hak mereka, berbagi pengalaman, dan membangun solidaritas.
Dampak nyata mulai terlihat. Beberapa perempuan yang awalnya enggan bicara kini berani melapor. Sebagian keluarga juga lebih terbuka membicarakan isu kesehatan reproduksi dan kekerasan rumah tangga, yang sebelumnya dianggap tabu. Perlahan, stigma mulai bergeser dan kesadaran kolektif tumbuh di masyarakat.
Kini, kehadiran puskesmas layanan terpadu menjadi ruang aman bagi perempuan untuk mendapatkan informasi, dukungan, dan perlindungan. Melalui Program INKLUSI, hingga Juli 2025, Konsorsium PERMAMPU telah mengembangkan 32 layanan terpadu di Puskesmas yang tersebar di delapan provinsi di Sumatera.
PERMAMPU berkomitmen memperluas jangkauan sekaligus memperkuat advokasi penghapusan perkawinan anak dan layanan terpadu penanganan kekerasan, demi mewujudkan kesetaraan gender serta kebebasan perempuan dan anak perempuan dari kekerasan.