Di tengah perubahan zaman yang semakin pesat, Lia membuktikan bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan dalam membangun ekonomi lokal. Melalui usaha anyaman rotan, ia tidak hanya meningkatkan pendapatan keluarganya, tetapi juga berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dengan menjaga keberlanjutan kerajinan rotan. Dengan dukungan dari Program INKLUSI melalui pendidikan kewirausahaan Akademi Paradigta, usahanya kini semakin berkembang dan berperan penting dalam memperkenalkan tradisi dan budaya Kalimantan Barat, ke masyarakat yang lebih luas.
Bagi masyarakat adat Dayak, keterampilan menganyam rotan merupakan tradisi turun-temurun yang kaya akan nilai budaya dan ekonomi. Lia pertama kali belajar menganyam dari kakak dan bibinya, menghasilkan berbagai produk seperti tempat gelas, tempat sendok, vas bunga, dan tudung saji. Namun, usahanya masih terbatas—penjualannya tidak menentu, dan ia kesulitan menjangkau pasar yang lebih luas.
Perubahan signifikan terjadi setelah Lia mengikuti Akademi Paradigta, sebuah program pendidikan kewirausahaan dan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan kepala keluarga yang diinisiasi oleh Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) dengan dukungan Program INKLUSI. Melalui program ini, Lia mendapatkan pelatihan tentang manajemen usaha, perencanaan keuangan, serta strategi pemasaran, termasuk pemanfaatan media sosial untuk mempromosikan produknya. Jika sebelumnya ia hanya mampu menjual satu hingga tiga produk per bulan, kini penjualannya meningkat pesat berkat teknik pemasaran yang lebih efektif dan jangkauan pasar yang semakin luas.
Lia juga aktif dalam grup WhatsApp Akademi Paradigta, di mana ia dapat berbagi informasi, mendapatkan dukungan dari mentor, serta mempromosikan produknya. Melalui jaringan ini, ia berkesempatan mengikuti berbagai pameran dan bazar. Salah satu mentornya, yang juga anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di tingkat kabupaten, bahkan membantunya mendapatkan akses ke bazar yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Sanggau.
Dulu, saya hanya mengandalkan penjualan dari mulut ke mulut dan sering kali dalam sebulan tidak ada satu pun produk yang terjual. Setelah mengikuti Akademi Paradigta, saya belajar bagaimana mengembangkan usaha dan memasarkan produk melalui media sosial. Kini, produk saya sudah dikenal hingga ke luar desa, ujar Lia.
Namun, perjalanan usaha Lia tidak selalu mudah. Ia kerap menghadapi tantangan dalam mencari bahan baku rotan, karena ketersediaannya semakin berkurang akibat deforestasi lahan hutan. Meskipun demikian, Lia tetap bersemangat dalam melestarikan tradisi anyaman rotan dan berharap bisa membentuk kelompok usaha di Desa Upe, agar lebih banyak melibatkan perempuan Dayak dalam usaha ini, sehingga dapat terus melanjutkan tradisi dan meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.
Lia berharap pemerintah daerah semakin mendukung usaha rumahan seperti miliknya dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi perempuan pelaku usaha kecil untuk berkembang. Ia juga bertekad untuk terus belajar pemasaran digital, agar produk anyaman rotannya lebih dikenal dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Melalui Program INKLUSI, PEKKA akan terus mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan kepala keluarga dan kelompok marginal lainnya. Berbagai pelatihan kewirausahaan dan akses pasar yang lebih luas diharapkan dapat membantu perempuan seperti Lia membangun usaha berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan komunitas mereka.