INKLUSI LOGO Full Color Stacked - English

Mitra INKLUSI Perkuat Kolaborasi Inklusif di Pasar Kolaboraya 2025

Mitra INKLUSI 'Aisyiyah menampilkan permainan ular tangga dengan tema stunting dan kesehatan reproduksi.

Yogyakarta, 22–23 November 2025 —Mitra INKLUSI mengambil bagian dalam Pasar Kolaboraya 2025, sebuah festival kolaborasi sosial yang menjadi ruang pertemuan ide, gerakan, dan aksi transformatif. Keikutsertaan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat narasi inklusi dan mendorong perubahan sosial yang lebih luas melalui pendekatan partisipatif dan lintas isu.

Melalui partisipasi dalam rangkaian kegiatan Pasar Kolaboraya—mulai dari Pasar Komunitas hingga lokakarya Ecosystem Builder, Mitra INKLUSI tidak hanya menunjukkan pendekatan inovatif dalam kerja-kerja komunitas, tetapi juga membangun jejaring baru yang mempertemukan isu gender, disabilitas, sosial-ekonomi, hingga hak atas layanan dasar.

Pasar Kolaboraya merupakan bagian dari inisiatif Kolaboraya (Kolaborasi Raya) yang digagas oleh organisasi masyarakat sipil Roemah Inspirit. Didorong oleh krisis multidimensi seperti krisis iklim, pangan, energi, hingga demokrasi, Kolaboraya hadir sebagai pendekatan ekosistem yang menekankan pentingnya kolaborasi, eksperimentasi, dan gotong royong dalam skala luas.

Festival ini menggabungkan ruang interaksi lintas isu (Connect), fasilitasi kolaborasi antar pelaku sosial (Collaborate), dan upaya merawat ekosistem perubahan berkelanjutan (Change). Pasar Kolaboraya 2025 merupakan edisi kedua yang diselenggarakan, dirancang sebagai “ruang liminal”—ruang antara yang membebaskan aktor sosial dari struktur dan sekat sektoral, untuk bersama-sama membayangkan dan membangun cara kerja baru yang lebih transformatif.

Mitra INKLUSI 'Aisyiyah menampilkan permainan ular tangga dengan tema stunting dan kesehatan reproduksi.
Mitra INKLUSI, ‘Aisyiyah, menampilkan permainan ular tangga dengan tema stunting dan kesehatan reproduksi dalam Pasar Kolaboraya 2025. (Foto: Roemah Inspirit)

Praktik Baik dari Mitra INKLUSI

Dalam gelaran Pasar Komunitas, dua mitra INKLUSI—‘Aisyiyah dan Institut KAPAL Perempuan—menghadirkan instalasi interaktif yang menyuarakan praktik baik dari komunitas dampingan. Lapak Bermain milik ‘Aisyiyah menampilkan permainan interaktif ular tangga yang mengangkat isu pencegahan stunting dan hak kesehatan reproduksi.

Di sisi lain, Lapak Kisah milik KAPAL, membagikan pengetahuan seputar kekerasan berbasis gender (GBV), termasuk di komunitas difabel.

Meski ruang berbagi hanya berdurasi sekitar dua jam per organisasi dan terbatas secara fisik, keduanya berhasil menarik partisipasi aktif dari pengunjung yang ingin memahami pendekatan edukatif dalam isu-isu krusial.

Antusiasme pengunjung menunjukkan bahwa pendekatan visual dan partisipatif tetap menjadi salah satu strategi kuat dalam menyampaikan isu yang sering kali dianggap sensitif. Banyak pengunjung—termasuk orang muda—tertarik untuk berdiskusi lebih lanjut, membuktikan bahwa jembatan antara isu sosial dan publik luas bisa dibangun dengan pendekatan kreatif.

“Partisipasi ini menjadi ruang belajar dan bertumbuh yang sangat bermakna. Kami bertemu dengan beragam organisasi dan individu luar biasa yang membawa semangat positif untuk perubahan,” ujar Suri Putri Utami dari ‘Aisyiyah. “Ide-ide kreatif yang dibagikan turut memperkaya cara kami mendampingi komunitas, sehingga prosesnya terasa lebih inklusif, menyenangkan, dan berdampak.”

Mitra INKLUSI Perkuat Kolaborasi Inklusif di Pasar Kolaboraya 2025 - INKLUSI
Mitra INKLUSI dan peserta lokakarya Ecosystem Builder lainnya di Pasar Kolaboraya 2025. (Foto: Roemah Inspirit)

Eksperimen Kolaboratif untuk Masa Depan Inklusif

Empat Mitra/Submitra INKLUSI—KPS2K, LPSDM, Pusat Rehabilitasi YAKKUM, dan Kemitraan—terpilih mengikuti Ecosystem Builder Workshop dari lebih 50 organisasi pendaftar. Selama dua hari, mereka terlibat dalam serangkaian sesi fasilitasi untuk merumuskan rencana kolaborasi jangka panjang yang melintasi batas-batas sektor.

Berbagai ide kolaboratif yang dirancang antara lain:

  • KOLASE: Festival Film Inklusi, inisiatif untuk memperluas narasi difabel melalui medium film.
  • Suar Daya Fest, festival lintas isu dengan pendekatan komunitas akar rumput.
  • Nongkrong Budaya, ruang dialog untuk regenerasi budaya inklusif.
  • CV Aneka Cipta, model jejaring pasar komunitas yang mengangkat produk dan gagasan warga.

Lokakarya ini menjadi ruang aman bagi organisasi untuk membongkar sekat sektoral dan membayangkan cara-cara baru dalam menyelesaikan masalah lama.

Iva Hasanah dari KPS2K menyebut keikutsertaan dalam acara ini sebagai “suntikan semangat baru” untuk terus membangun ekosistem inklusi yang telah dimulai. Rekannya, Lilik Indrawati, menambahkan bahwa partisipasi ini memperkuat keyakinannya sebagai organisasi akar rumput untuk terus memperjuangkan hak kelompok rentan.

Sementara itu, Lokeswari Wardhani dari KBP3A Gresik, mitra pemerintah daerah yang turut hadir bersama KPS2K, mengatakan bahwa banyak hal yang semula terasa mustahil kini menjadi mungkin, termasuk mendorong pendekatan kolaboratif ke dalam rencana pembangunan daerah.

 

Icon Inklusi