Bengkulu, April 2025 – Setiap bulan, sekelompok perempuan anggota koperasi di Desa Karang Anyar, Kepahiang, Bengkulu berkumpul dalam suasana akrab. Mereka datang bukan hanya untuk menabung, tapi juga berbincang, berbagi cerita, dan belajar bersama. Kelompok ini menamakan diri mereka Credit Union (CU) Cendrawasih, koperasi simpan pinjam yang lahir dari semangat kebersamaan dan keinginan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
CU Cendrawasih berdiri pada September 2024 dengan hanya 12 anggota perempuan dari latar belakang beragam, dari petani dan ibu rumah tangga, hingga pedagang kecil. Ketentuan awalnya sederhana: simpanan pokok Rp10.000, simpanan wajib Rp10.000, dan simpanan sukarela minimal Rp5.000. Tapi dari jumlah kecil inilah tumbuh solidaritas yang besar.
“Awalnya saya ikut karena ingin belajar menabung. Ternyata CU ini bukan hanya soal uang, tapi juga soal kebersamaan. Kami bisa saling berbagi cerita, saling menguatkan, dan belajar banyak hal baru,” kata Jurnia, salah satu anggota CU.
Ia merasakan manfaat CU secara langsung. Tabungan yang terkumpul bisa membantu kebutuhan penting, termasuk biaya sekolah anak. Namun, CU Cendrawasih lebih dari sekadar koperasi. Bagi para anggotanya, ia telah menjadi ruang belajar yang membentuk keberanian dan kepercayaan diri baru.
Credit Union Perempuan Bengkulu: Dari Menabung ke Pemberdayaan
Credit Union (CU) adalah salah satu strategi utama PERMAMPU, konsorsium organisasi masyarakat sipil di Sumatera yang merupakan salah satu Mitra Program INKLUSI untuk memperkuat perempuan akar rumput. Selain CU, PERMAMPU juga membentuk Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput (FKPAR) dan menginisiasi Women Crisis Centre (WCC) dalam advokasi hak perempuan.
CU menjadi sarana pemberdayaan yang membumi. Dalam setiap pertemuan, anggota tidak hanya membahas keuangan, tetapi juga belajar tentang kesehatan reproduksi, kekerasan dalam rumah tangga, dan pola asuh yang sehat. Materi ini disampaikan oleh kader WCC dan staf PERMAMPU yang mendampingi kelompok.
“Kami memberikan pelatihan soal gender, kesehatan reproduksi, pengelolaan keuangan sederhana, hingga teknik advokasi desa. Pertemuan rutin diadakan dua kali sebulan, dan setiap sesi selalu ada ruang belajar bersama antara kader dan anggota,” ujar Juniarti Boermansyah, Koordinator Program Cahaya Perempuan Bengkulu, salah satu mitra lokal PERMAMPU.
Manfaat pelatihan itu dirasakan langsung oleh para anggota. Salah satunya adalah Teka Sri Puspita, yang mengalami perubahan besar dalam cara ia memandang dirinya sendiri dan posisinya di keluarga.
“Dulu saya tidak tahu kalau perempuan juga punya hak untuk terbebas dari kekerasan. Sekarang saya lebih mengerti dan berani bicara,” ujarnya. “Biasanya saya orangnya tertutup, tapi sekarang saya berani menyampaikan pendapat.”
Anggota juga saling berbagi pengalaman soal pengasuhan anak dan hubungan dalam keluarga. Salah satu anggota menceritakan bahwa sejak belajar cara komunikasi sehat, hubungannya dengan anak jadi lebih dekat.
“Alhamdulillah, sekarang hubungan saya dengan anak lebih hangat. Saya belajar cara komunikasi yang sehat, jadi bisa lebih akrab dengan anak,” cerita Vopi Qildina.
Namun, perjalanan membangun CU tidak tanpa tantangan. Beberapa anggota menghadapi keraguan dari keluarga. “Awalnya suami saya bertanya-tanya, apa manfaat ikut CU? Tapi setelah melihat hasilnya bisa bantu ekonomi rumah tangga, akhirnya dia mendukung,” kata Jurnia.
Menarik anggota baru juga tidak mudah. Saat ini, CU Cendrawasih memiliki 16 anggota, dan mereka terus aktif memperkenalkan CU ke perempuan lainnya di desa. Meski belum memiliki banyak anggota, CU Cendrawasih menunjukkan bahwa koperasi simpan pinjam bisa menjadi lebih dari sekadar wadah ekonomi. Di tangan perempuan desa, CU menjadi ruang untuk memperluas pengetahuan, membangun solidaritas, dan menumbuhkan keberanian untuk bersuara.
Dengan dukungan Program INKLUSI, PERMAMPU mendampingi perempuan desa agar dapat mengakses layanan dasar, terbebas dari diskriminasi, serta berperan aktif dalam pengambilan keputusan di komunitas.